Gunung Rinjani: Surga Pendaki di Lombok

Pertama kali mendengar nama Gunung Rinjani, jujur aku belum bisa membayangkan betapa megahnya gunung ini. Aku hanya tahu dari teman-teman pecinta alam bahwa Rinjani itu istimewa. Tapi aku baru benar-benar paham kenapa gunung ini disebut “surga para pendaki” saat kakiku pertama kali menginjak jalur pendakian dari Sembalun.

Matahari pagi menyambut kami dengan hangat saat langkah kaki mulai menanjak di padang savana yang luas. Angin bertiup lembut, dan aroma rerumputan segar langsung memeluk indra penciumanku. Ini bukan sekadar pendakian, ini perjalanan spiritual. Mungkin itu alasan kenapa Rinjani selalu masuk wishlist para pecinta gunung dari seluruh penjuru dunia.

Jalur Sembalun: Gerbang Menuju Langit

Aku memilih jalur Sembalun untuk pendakian pertamaku. Katanya, jalur ini lebih ramah untuk pemula dan punya view yang luar biasa. Dan memang benar. Pemandangan savana terbuka yang luas, langit biru cerah, dan sesekali kawanan monyet liar melintas di kejauhan membuat perjalanan terasa hidup. Setiap beberapa kilometer, kamu akan bertemu dengan pos istirahat yang cukup nyaman. Tapi jangan tertipu, karena tantangan sebenarnya adalah tanjakan curam menjelang Plawangan Sembalun.

Plawangan ini seperti balkon raksasa yang menghadap langsung ke Segara Anak — dan saat aku tiba di sana, rasanya seperti diberi hadiah atas semua keringat yang jatuh di perjalanan. Danau vulkanik itu terlihat seperti permata biru yang dikelilingi dinding-dinding karang tinggi. Bahkan langit pun tampak lebih dekat dari titik ini.

Segara Anak: Danau Suci yang Memukau

Setelah bermalam di Plawangan, pagi harinya aku dan rombongan melanjutkan perjalanan menuruni jalur curam menuju Segara Anak. Turun ke danau butuh tenaga ekstra, tapi setiap langkah terasa berarti. Di sinilah aku menyadari kenapa banyak orang menyebut Rinjani sebagai gunung spiritual.

Di pinggir danau, aroma belerang dari mata air panas alami menyatu dengan udara pagi. Kami sempat merendam kaki di kolam air hangat, mengistirahatkan tubuh sambil menatap air danau yang tenang. Ada semacam kedamaian yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Di seberang danau, berdiri tegak Gunung Baru Jari — anak dari Rinjani yang masih aktif dan terus mengepulkan asap putih dari kawahnya.

Summit Attack: Mengejar Fajar di Atas Awan

Tantangan terbesar ada di hari terakhir saat kami melakukan summit attack — mendaki ke puncak Gunung Rinjani. Ini bagian paling berat, bukan hanya karena jalurnya terjal dan berpasir, tapi juga karena pendakian dilakukan dini hari dalam suhu yang dingin.

Langkahku pelan tapi pasti, menapaki pasir vulkanik yang licin sambil ditemani bintang-bintang di atas kepala. Angin berdesir kencang, dan suara napas pendaki lain terdengar berat. Tapi ketika matahari mulai menyembul di balik horizon dan warna oranye mulai membakar langit timur, semua rasa lelah itu hilang. Aku berdiri di ketinggian 3.726 meter, tempat di mana kamu bisa melihat seluruh Lombok, bahkan siluet Gunung Agung di Bali jika cuaca cerah.

Aku menangis, jujur saja. Bukan karena lelah, tapi karena takjub. Rinjani mengajarkanku banyak hal — tentang batas, tentang ketekunan, dan tentang keindahan yang hadir saat kamu benar-benar mau berjuang untuk mencapainya.

Mengapa Gunung Rinjani Wajib Masuk Daftar Liburanmu?

Kalau kamu tipe traveler yang suka petualangan, maka mendaki Rinjani bukan pilihan yang bisa ditunda-tunda. Tapi bukan cuma buat para pendaki ekstrem, Rinjani juga bisa dinikmati oleh kamu yang ingin menjelajah alam dalam bentuk tur ringan ke kaki gunung, atau menikmati pemandangan Sembalun dari spot-spot datar.

Banyak paket liburan Lombok yang bisa disesuaikan dengan kebutuhanmu — entah itu eksplorasi kaki gunung, camping di bukit, atau trekking ringan yang tetap memberi pengalaman seru.

Di sisi lain, kawasan sekitar Rinjani juga punya banyak daya tarik. Ada desa adat Bayan dengan budaya sasaknya yang kuat, air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep yang mempesona, serta hamparan kebun bawang dan stroberi di Sembalun yang segar dan fotogenik.

Tips Berdasarkan Pengalaman Pribadi

  1. Latihan fisik dulu: Pendakian ke puncak butuh stamina. Luangkan waktu minimal 2 minggu sebelumnya untuk jogging atau naik-turun tangga.

  2. Gunakan jasa pemandu lokal: Selain membantu dari sisi teknis pendakian, mereka juga bisa jadi teman ngobrol seru dan tahu banyak cerita mistis atau sejarah lokal.

  3. Persiapkan mental: Bukan cuma soal fisik, tapi juga kesabaran dan kerja sama tim sangat penting.

  4. Jaga kebersihan: Jangan tinggalkan sampah. Rinjani terlalu indah untuk dikotori.

  5. Datang di musim yang tepat: Biasanya antara April hingga Desember, saat cuaca cerah dan jalur pendakian dibuka.

Rinjani Lebih dari Sekadar Gunung

Kadang aku merenung, kenapa Rinjani meninggalkan bekas begitu dalam di hati? Mungkin karena dia bukan sekadar tempat untuk didaki, tapi tempat untuk berdamai — dengan alam, dengan diri sendiri, dan dengan rasa lelah yang akhirnya membawa ke rasa syukur.

Setelah perjalanan itu, aku sering menyarankan teman-teman yang ingin healing atau butuh tantangan baru untuk memasukkan Rinjani dalam itinerary mereka.